BUDAYA ORGANISASI DAN PERUSAHAAN, HUBUNGAN BUDAYA DAN ETIKA, KENDALA DALAM MEWUJUDKA KINERJA BISNIS ETIS.
TUGAS ETIKA BISNIS
PENGERTIAN BUDAYA
ORGANISASI DAN PERUSAHAAN, HUBUNGAN BUDAYA DAN ETIKA, KENDALA DALAM MEWUJUDKAN
KINERJA BISNIS ETIS
KELOMPOK 5
Desy Atikah Surahman
Hot Parulian Cristian
Edo
Mutiara Aulia Wibowo
Rian Achmad Rusydi
Tresna Samia
1. KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi memiliki sejumlah karakteristik. Karakterisik budaya organisasi adalah terdapat pada
inisiatif individu, toleransi, mempunyai arah, terintegrasi, dukungan dari
manajemen dan lain-lain.
Susanto (1997:17) mengemukakan 10 karakteristik budaya organisasi, yaitu
:
1.
Inisiatif
individu. Yaitu seberapa jauh inisiatif seseorang dikehendaki dalam perusahaan.
Hal ini meliputi tanggung jawab, kebebasan dan independensi dari masing-masing
anggota organisasi, dalam artian seberapa besar seseorang diberi wewenang dalam
melaksanakan tugasnya, seberapa berat tanggung jawab yang harus dipikul sesuai
dengan kewenangannya dan seberapa luas kebebasan mengambil keputusan.
2.
Toleransi
terhadap resiko. Menggambarkan seberapa jauh sumber daya manusia didorong untuk
lebih agresif, inovatif dan mau menghadapi resiko dalam pekerjaannya.
3.
Pengarahan.
Berkenaan dengan kejelasan sebuah organisasi dalam menentukan objek dan harapan
terhadap sumber daya manusia terhadap hasil kerjanya. Harapan tersebut dapat
dituangkan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan waktu.
4.
Integrasi,
yaitu seberapa jauh keterkaitan dan kerja sama yang ditekankan dalam
melaksanakan tugas dari masing-masing unit di dalam suatu organisasi dengan
koordinasi yang baik.
5.
Dukungan
manajemen, dalam hal ini seberapa jauh para manajer memberikan komunikasi yang
jelas, bantuan, dan dukungan terhadap bawahannya dalam melaksanakan tugasnya.
6.
Pengawasan,
meliputi peraturan-peraturan dan supervisi langsung yang digunakan untuk
melihat secara keseluruhan dari perilaku karyawan.
7.
Identitas,
menggambarkan pemahaman anggota organisasi yang loyal kepada organisasi secara
penuh dan seberapa jauh loyalitas karyawan tersebut terhadap organisasi.
8.
Sistem
penghargaan atau imbalan, dalam arti pengalokasian “reward” (kenaikan
gaji, promosi) berdasarkan kriteria hasil kerja karyawan yang telah ditentukan.
9.
Toleransi
terhadap konflik, menggambarkan sejauhmana usaha untuk mendorong karyawan agar
bersikap kritis terhadap konflik yang terjadi.
10. Pola komunikasi, yaitu tingkat
sejauhmana komunikasi organisasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal.
Menurut Luthans (1998:223) mengidentifikasi
ada enam karakteristik penting yaitu:
1. observed behavioral
regularities, yaitu
apabila para partisipan organisasi saling berinteraksi satu dengan yang lain,
maka mereka akan menggunakan bahasa, terminologi dan ritual-ritual yang sama
yang berhubungan dengan rasa hormat dan cara bertindak.
2. norms, yaitu standar-standar perilaku yang
ada, mencakup pedoman tentang berapa banyak pekerjaan yang harus dilaksanakan
dan perbuatan-perbuatan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
3. dominant values, yaitu ada sejumlah values utama yang organisasi anjurkan dan
mengharapkan kepada para anggota organisasi untuk menyumbangkannya, misalnya
kualitas produk yang tinggi, absensi yang rendah dan efisiensi yang tinggi.
4. philosophy, yaitu ada sejumlah kebijakan yang
menyatakan keyakinan organisasi tentang bagaimana para karyawan dan atau para
pelanggan diperlakukan.
5. rules, yaitu ada sejumlah pedoman yang
pasti yang berhubungan dengan kemajuan atau cara berhubungan dengan kemajuan
atau cara berhubungan yang baik dalam organisasi. Para karyawan baru (newcomers) harus mempelajari “ikatan” atau rules yang telah ada sehingga mereka dapat
diterima sebagai full-fled get anggota
kelompok.
6. organizational climate, yaitu ada suatu “feeling” yang menyeluruh yang dibawa oleh physical layout,
cara para anggota organisasi berinteraksi, dan cara para anggota organisasi
memperlakukan dirinya menghadapi pihak pelanggan dan pihak luar lainnya.
Menurut Luthans, keenam karakteristik tersebut tidak dimaksudkan menjadi all-inclusive.
Semua karakteristik budaya organisasi
sebagaimana dikemukakan di atas tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya, artinya unsur-unsur tersebut mencerminkan budaya yang berlaku dalam
suatu jenis organisasi, baik yang berorientasi pada pelayanan jasa atau
organisasi yang menghasilkan produk barang.
2. FUNGSI BUDAYA
ORGANISASI
Menurut Kreitner dan Kinicki (2005), budaya
organisasi adalah nilai dan keyakinan bersama yang mendasari identitas
perusahaan. Adapun fungsi budaya organisasi antara lain:
1. Identitas Organisasi.
Memberikan identitas organisasi kepada karyawannya, sebagai perusahaan yang
inovatif yang memburu pengembangan produk baru.
2. Komitmen Kolektif.
Memudahkan komitmen kolektif, sebuah perusahaan dimana karyawannya bangga
menjadi bagian darinya atau cenderung tetap bekerja dalam waktu lama.
3. Stabilitas Sistem
Sosial. Mempromosikan stabilitas sistem
sosial, mencerminkan taraf dimana lingkungan kerja dirasakan positif dan
mendukung, konflik dan perubahan diatur dengan efektif.
4. Cara Pembinaan yang
Dipahami. Membentuk perilaku dengan membantu
manajer merasakan keberadaannya, dimana membantu karyawan memahami mengapa
organisasi melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan bagai mana perusahaan
bermaksud mencapai tujuan jangka panjangnya.
Menurut Robbins (2003), budaya menjalankan sejumlah
fungsi didalam suatu organisasi. Adapun fungsi budaya organisasi tersebut
antara lain:
1. Budaya
mempunyai peran menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan pembedaan
yang jelas antara satu organisasi dengan yang lain.
2. Budaya
memberikan rasa identitas ke anggota-anggota organisasi.
3. Budaya
mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas dari pada
kepentingan diri pribadi seseorang.
4. Budaya
itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.
Akhirnya, budaya
berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan mekanisme pengendali yang memandu
dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan.
Menurut Wirawan (2007), budaya memiliki sejumlah
fungsi didalam suatu organisasi. Adapun fungsi budaya organisasi tersebut
antara lain:
1. Menjelaskan
persamaan antara organisasi yang satu dengan lainnya.
2. Membangun
sensitivitas atas identitas dari setiap anggota.
3. Memfasilitasi
komitmen generasi untuk sesuatu yang lebih besar daripada ketertarikan mereka
sendiri.
4. Membangun
stabilitas dari sistem sosial.
3.
PEDOMAN PERILAKU
Pedoman Perilaku ini berisi
tentang pedoman umum atas hubungan karyawan dengan Perusahaan, hubungan antar
karyawan, hubungan dengan konsumen, hubungan dengan pemegang saham, hubungan
dengan Pemerintah, dan hubungan dengan masyarakat. Seluruh manajemen dan
karyawan dituntut komitmennya untuk membaca dan memahami Pedoman Perilaku ini
sebagai dasar penerapan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan di
lingkungan Perseroan. Dengan begitu, diharapkan karyawan dapat lebih memahami
bagaimana harus bersikap dan bertindak dalam upaya mengimplementasikan visi,
misi, dan filosofi perusahaan. Adapun pedoman perilaku tersebut meliputi:
- Integritas dalam berusaha yang merupakan bentuk
kepatuhan pada peraturan yang berlaku.
- Tidak membuat pernyataan palsu dan klaim palsu terutama
terkait pemasaran dan negosiasi termasuk akun untuk biaya dan pengeluaran,
kajian atas proyek tertentu dan penulisan laporan.
- Menghindari terjadinya benturan kepentingan, terutama
terkait dengan kepemilikan saham baik langsung maupun tidak langsung,
insider trading, memakai aset perusahaan untuk kepentingan pribadi,
melakukan pekerjaan lain di luar perusahaan yang berpotensi mengganggu
produktivitas, dan memberikan informasi yang menguntungkan orang lain.
- Pemberian/penerimaan hadiah, mengikuti kebijakan yang
ditetapkan Perseroan, misalnya: hadiah tidak berupa uang tunai ataupun
voucher dan nominal tidak lebih dari Rp500.000.
- Tidak menerima atau melakukan suap dalam bentuk apapun.
- Tidak melakukan penyelewengan seperti menipu,
menggelapkan, memalsukan, penyalahgunaan aset, pengalihan kas, dan
lain-lain.
4. APRESIASI
BUDAYA
1.
Pengertian
Kata
apresiasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu appreciation,
yang berasal dari kata kata kerja to appreciate, yang menurut kamus Oxford berarti to judge value of understand or enjoy fully in the right way. Jadi
secara umum mengapresiasi adalah mengerti serta menyadari sepenuhnya, sehingga
mampu menilai secara semestinya. Dan
budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni.
2.
Tujuan Apresiasi
•
Menumbuhkan kepekaan dan keterbukaan terhadap masalah
kemanusiaan dan budaya, serta lebih bertanggung jawab terhadap masalah-masalah
tersebut.
•
Menyadarkan mahasiswa terhadap nilai-nilai yang lebih hidup
dalam masyarakat, hormat menghormati serta simpati pada nilai-nilai lain yang
hidup dlm masyara
3.
Tingkatan Apresiasi
a.
Tingkat Penikmatan
Menonton/melihat, mendengar, membaca
dan merasakan senang
Tindakan Operasional :
-
Menonton film tanpa memahami bhsnya
-
Mendengarkan lagu tanpa memahami kata-katanya
-
dll
b.
Tingkat Penghargaan
Kagum, ingin memiliki/membeli è
merasakan ada manfaatnya
Tindakan Operasional :
-
Melihat kebaikan, nilai, gunanya
-
Mendengarkan/melihat dengan seksama
-
Mengambil suatu manfaat
-
Merasakan suatu pengaruh dalam diri
-
Mengagumi dan timbul nafsu untuk memiliki
c.
Tingkat Pemahaman
Bersifat studi èmencari pengertian,
menemukan unsur2 intrinsik dan ekstrinsik
Tindakan Operasional :
-
Mencari produk budaya yg menarik
-
Melakukan apresiasi dg memisahkan unsur intrinsik dan
ekstrinsik
-
Menganalisis dan menyimpulkan
d.
Tingkat Penghayatan
Meyakini apa dan bagaimana hakekat sesuatu itu è
membuat analisa lanjut dengan segala argumentasinya
Tindakan Operasional :
-
Mencari hakekat arti materi dengan argumentasinya
-
Membuat paraphrase dan tafsiran
-
Menyusun pendapat berdasarkan hasil analisa
e.
Tingkat Implikasi
Memperoleh daya tepat guna, bagaimana dan
untuk apa.
Tindakan Operasional :
-
Merasakan manfaat yg luar biasa
-
Melahirkan ide baru
-
Mengamalkan penemuan, ceramah, diskusi, seminar, dll
5. HUBUNGAN
ETIKA DAN BUDAYA
Etika
pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah,
baik-buruk. Dalam kerangka konsep etika bisnis terdapat pengertian tentang
etika perusahaan, etika kerja, dan etika perorangan, yang menyangkut
hubungan-hubungan sosial antara perusahaan, karyawan dan lingkungannya. Etika
perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dan karyawan sebagai satu kesatuan
dengan lingkungannya (misalnya dengan perusahaan lain atau masyarakat
setempat), etika kerja terkait antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika
perorangan mengatur hubungan antar karyawan.
Perilaku
etis yang telah berkembang dalam perusahaan menimbulkan situasi saling percaya
antar perusahaan dan stakeholder, yang memungkinkan perusahaan meningkatkan
keuntungan jangka panjang. Perilaku etis akan mencegah pelanggan, pegawai dan
pemasok bertindak oportunis, serta tumbuhnya saling percaya.
Budaya
perusahaan memberi kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan perilaku
etis, karena budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang
membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat mendorong terciptanya perilaku, dan
sebaliknya dapat pula mendorong perilaku yang tidak etis. Kebijakan perusahaan
untuk memberikan perhatian serius pada etika perusahaan akan memberikan citra
bahwa manajemen akan mendukung perilaku etis dalam perusahaan.
6. PENGARUH
ETIKA TERHADAP BUDAYA
Etika
seseorang dan etika bisnis adalah satu kasatuan yang terintegrasi sehingga
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, keduanya saling melengkapi
dalam mempengaruhi perilaku antar individu maupun kelompok, yang kemudian
menjadi perilaku organisasi yang akan berpengaruh terhadap budaya
perusahaan. Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi
dalam budayau perusahaan, maka akan berpotensi menjadi dasar kekuatan
perusahaan dan akhirnya akan berpotensi menjadi stimulus dalam peningkatan
kinerja karyawan.
Terdapat
pengaruh yang signifikan antara etika seseorang dariu tingkatan manajer
terhadap tingkah laku etis dalam pengambilan keputusan. Kemampuan seorang
profesional untuk dapat mengerti dan pekau terhadap adanya masalah etika dalam
profesinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sosial budaya, dan masyarakat
dimana dia berada. Budaya perusahaan memberikan sumbangan yang sangat
berartiu terhadap perilaku etis. Perusahaan akan menjadi lebih baik jika mereka
membudayakan etika dalam lingkungan perusahaannya.
Kendala-kendala dalam
pencapaian tujuan etika bisnis
Pencapaian tujuan etika bisnis di
Indonesia masih berhadapan dengan beberapa masalah dan kendala.
Keraf(1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
1. Standar moral para pelaku bisnis
pada umumnya masih lemah.
Banyak di antara pelaku bisnis yang
lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala cara untuk
memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan campuran,
timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan
keuangan.
2. Banyak perusahaan yang mengalami
konflik kepentingan.
Konflik kepentingan ini muncul
karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang dianutnya atau antara
peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik
antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh
sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan
kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa
jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
3. Situasi politik dan ekonomi yang
belum stabil.
Hal ini diperkeruh oleh banyaknya
sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu sisi
membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi pihak
yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi
ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan
peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
4. Lemahnya penegakan hukum.
Banyak orang yang sudah divonis
bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di
pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis
menegakkan norma-norma etika.
5. Belum ada organisasi profesi
bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik bisnis dan manajemen.
Organisasi seperti KADIN beserta
asosiasi perusahaan di bawahnya belum secara khusus menangani penyusunan dan
penegakkan kode etik bisnis dan manajemen.
Referensi
Susanto A. B. (1997). Budaya Perusahaan: Manajemen
dan Persaingan Bisnis. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Hofstede, G., (1991), Cultures and Organizations:
Software of The Mind, McGraw-Hill Book Company, London.
Kreitner, Robert dan Kinicki Angelo. 2005. Perilaku
Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Robbins,
Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi Kesembilan. Jakarta: PT Indeks
Kelompok Gramedia.
Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi. Jakarta:
Salemba Empat.
Komentar
Posting Komentar