Hai, kali ini saya ingin berbagi pengalaman saya sewaktu saya melakukan praktek menjadi Tour Leader ke suatu tempat yaitu tepatnya ke Desa Baduy Dalam, Desa Baduy biasa juga disebut Desa Kanekes, letaknya di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Saya melakukan perjalanan pada tanggal 30-31 Oktober 2013 bersama teman-teman 1 jurusan yaitu Tour and Travel angkatan 2014 dan beberapa guru saya di SMK N Pariwisata 57 Jakarta sebanyak kuranglebih 50 peserta, selain tujuan saya untuk melakukan praktek dalam suatu pelajaran guiding kami juga mempunyai tujuan lain yaitu untuk melakukan kegiatan sosial dan perjalanan Alam Kampung Baduy.
Hari Pertama : 30 Oktober 2013
Dari Jakarta tepatnya di SMKN 57 Jakarta kami berangkat pukul 06.00 menggunakan transportasi bus Redball ke arah terminal angkot dimana kami menyewa angkot untuk memasuki area Nangerang yg bernama Rangkasbitung sesambil melakukan praktek guiding di bis. Sesampai di Rangkasbitung yaitu jam 10.00, berhubung jumlah peserta yg ikut banyak, kita menggunakan beberapa angkot dengan dibagi-bagi per kelompok.
Kamipun mampir dahulu di tempat makan di pinggir jalan untuk makan siang di Rumah Makan Ramayana terlebih dahulu. Setelah kami sampai di Nangerang, kami pun disambut oleh masyarakat Baduy Dalam yang sudah menunggu kami di Nangerang. Disaat sesampai di Nangerang, melihat beberapa anak-anak kecil masyarakat Baduy Dalam membawa beberapa tongkat untuk membantu membawakan tas-tas kami yang cukup berat, lalu kami membayar sebesar Rp. 20.000/tas. Sebelum kami melanjutkan perjalanan, kami pun sholat dzuhur dulu di mushola.
Setelah melakukan interview dengan Jaro Sami, kami pun melakukan makan malam bersama tuan rumah yang kita tempati, sungguh sangat baik sekali mereka, sangat beretika, dan sangat bersahabat dengan kami.
Lalu setelah makan malam, kamipun tiba-tiba mendengar suara angklung di malam hari, kamipun keluar rumah dan melihat ada di rumah lain anak-anak Baduy sedang memainkan angklung. It's so amazing!!! Sayangnya tidak bisa kami rekam dikarenakan pertauran yang tidak boleh merekam ataupun memfoto. Lalu, kami pun kembali ke rumah masing-masing, dan tidur.
Hari Kedua: 31 Oktober 2013
Bangun pagi di jam 05.00 dengan diawali sholat subuh dengan mengambil air wudhu di sungai. Sekitar jam 06.30 kami pun makan pagi dengan tuan rumah lagi. Sekitar jam 07.00 kami berpamitan kepada masyarakat Baduy Dalam untuk meninggalkan Baduy, walaupun sebenernya kami masih betah di Baduy. Dalam perjalanan menuju Ciboleger yaitu tempat kami menunggu bis kita, kita melewati Jembatan Akar yang super duper bagus sekali. Kami bermain air di bawah Jembatan Akar tersebut sekalian makan siang. Sekitar 5 jam perjalanan dari Baduy Dalam ke Ciboleger dan sangatlah capek. Jam 15.00 sampai di Ciboleger.
Lalu sekitar jam 17.00 kami makan di Ramayana lagi. Selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Jakarta tepatnya ke SMKN 57. Dan sampai di SMKN 57 jam 21.00
Perjalanan yang sangat memuaskan, dan tak terlupakan. Bahkan sampai saat ini, saya masih sering melihat masyarakat baduy yang berjalan kaki menuju Jakarta dengan hanya berjalanan kaki, karena aturan budaya Baduy tidak boleh menggunakan ataupun menaiki kendaraan.
Hari Pertama : 30 Oktober 2013
Dari Jakarta tepatnya di SMKN 57 Jakarta kami berangkat pukul 06.00 menggunakan transportasi bus Redball ke arah terminal angkot dimana kami menyewa angkot untuk memasuki area Nangerang yg bernama Rangkasbitung sesambil melakukan praktek guiding di bis. Sesampai di Rangkasbitung yaitu jam 10.00, berhubung jumlah peserta yg ikut banyak, kita menggunakan beberapa angkot dengan dibagi-bagi per kelompok.
Kamipun mampir dahulu di tempat makan di pinggir jalan untuk makan siang di Rumah Makan Ramayana terlebih dahulu. Setelah kami sampai di Nangerang, kami pun disambut oleh masyarakat Baduy Dalam yang sudah menunggu kami di Nangerang. Disaat sesampai di Nangerang, melihat beberapa anak-anak kecil masyarakat Baduy Dalam membawa beberapa tongkat untuk membantu membawakan tas-tas kami yang cukup berat, lalu kami membayar sebesar Rp. 20.000/tas. Sebelum kami melanjutkan perjalanan, kami pun sholat dzuhur dulu di mushola.
Selanjutnya, perjalanan dari Baduy Luar menuju Baduy Dalam tepatnya di desa Cibeo dimulaaaaiiiii........ Sebelum melakukan perjalanan menuju Baduy Dalam, kamipun berdoa bersama agar tidak terjadi hal-hal yg ridak diinginkan. Lalu, kami melanjutkan perjalanan ke Baduy Dalam selama hampir 3 jam, dengan tekad yang kuat, melalui turunnaiknya jalanan yang licin karena pada saat itu cuaca lagi tidak mendukung yaitu turunnya rintik-rintik hujan. Kamipun berkali-kali jatuh dikarenakan tanah yg licin. Kami melewati beberapa tempat yang ada di Baduy Luar yaitu di Balingbing, Marengo, dan Gajeboh.
Selama di perjalanan, kamipun melihat betapa sunyi nya gunung Kendes ini, air yang mengalir terus di kali. Betapa bedanya dengan di Jakarta.
Sesampai di Baduy Dalam sekitar jam setengah 6 sore, kami di sambut oleh beberapa masyarakat Baduy Dalam, semua peraturan berlaku yaitu tidak diperbolehkannya memfoto-foto, tidak boleh memakai alat elektronik apapun, tidak boleh membawa peralatan mandi, tidak diperbolehkan warna negara asing masuk ke wilayah baduy dalam, dll.
Kami pun langsung berberes di Rumah yang sederhana dengan kelompoknya masing-masing, beristirahat dan bersih-bersih di sungai yang sangat bening airnya. Dan memberikan beberapa sembako untuk masyarakat baduy dalam.
Lalu, guru kami yang bernama Pak Uday, melakukan wawancara dengan salah satu Ketua Suku yaitu yang bernama Jaro Sami.
Berikut pertanyaan-pertanyaan yang kami tanyain kepada Jaro Sami:
1. Bagaimana menentukan tanggal di Baduy?
Jawab:
Disini kita menentukan sendiri tanggal dan harinya, dan jamnya mengira-ngira
sesuai dengan matahari.
2. Bagaimana kalau salah satu penduduk ada
yang sakit atau melahirkan?
Jawab:
Diobati dengan dukun, dan jika ada yang melahirkan dibantu oleh dukun beranak.
3. Pada umur berapakah orang Baduy menikah?
Jawab:
Pada umur 17 atau 18 tahun.
4. Memberikan seserahan apa kepada pihak
wanita pada saat lamaran?
Jawab:
Mas kawin berupa cincin, gelang atau kalung menggunakan bahan perak yang dibeli
diluar daerah Baduy Dalam.
5. Bagaimana kalau orang Baduy Dalam menikah
dengan orang Baduy Luar? Apakah ada ketentuan khusus?
Jawab:
Tergantung dari musyawarah keluarga, mau tinggal di Baduy Luar atau Baduy Dalam.
6. Pakaian yang digunakan oleh orang Baduy
Dalam itu dibuat sendiri atau beli?
Jawab:
Bajunya dijahit sendiri tetapi bahannya beli diluar.
7. Apakah warna pakaian yang digunakan suku
Baduy Dalam itu sama dengan suku Baduy Luar?
Jawab:
Baduy Dalam berwarna hitam atau putih dan menggunakan ikat kepala berwarna
putih sedangkan suku Baduy Luar pakaiannya bebas dan menggunakan ikat kepala
berwarna biru atau hitam.
8. Apakah masyarakat Baduy Dalam memiliki
pantangan untuk makanan yang dimakan?
Jawab:
Kita tidak boleh memakan daging kambing, babi dan anjing.
9. Apakah agama yang dianut oleh suku Baduy
Dalam?
Jawab:
Sunda Wiwitan dan Tuhannya Gusti Allah.
10. Bagaimana cara pemilihan Jaro disini?
Jawab:
Dengan cara musyawarah bersama.
11. Bagaimana jika salah seorang warga suku
Baduy Dalam ada yang meninggal?
Jawab:
Sama seperti masyarakat biasa yaitu dibungkus dengan kain kafan dan dikubur
lalu dimakamkan dipemakaman suku Baduy Dalam.
12. Larangan apa saja yang berlaku bagi suku
Baduy Dalam?
Jawab:
Tidak boleh memakai alas kaki, tidak boleh memakai peralatan modern, tidak
boleh foto didaerah Baduy Dalam, tidak boleh sekolah (hanya dajarkan bercocok
tanam, membuat kerajinan tangan, dll).
13. Apakah suku Baduy Dalam boleh keluar dari
daerah Baduy Dalam?
Jawab:
Boleh tetapi ada persyaratan tertentu yaitu tidak boleh memakai sandal, tidak
boleh tidur dipinggir jalan, tidak boleh menaiki kendaraan.
14. Dimanakah Puun tinggal?
Jawab:
Ada dibelakang tetapi tidak sembarang orang boleh kesana.
15. Apakah suku Baduy Dalam memiliki lagu
daerah sendiri dan makanan khas?
Jawab:
Tidak ada.
Setelah melakukan interview dengan Jaro Sami, kami pun melakukan makan malam bersama tuan rumah yang kita tempati, sungguh sangat baik sekali mereka, sangat beretika, dan sangat bersahabat dengan kami.
Lalu setelah makan malam, kamipun tiba-tiba mendengar suara angklung di malam hari, kamipun keluar rumah dan melihat ada di rumah lain anak-anak Baduy sedang memainkan angklung. It's so amazing!!! Sayangnya tidak bisa kami rekam dikarenakan pertauran yang tidak boleh merekam ataupun memfoto. Lalu, kami pun kembali ke rumah masing-masing, dan tidur.
Hari Kedua: 31 Oktober 2013
Bangun pagi di jam 05.00 dengan diawali sholat subuh dengan mengambil air wudhu di sungai. Sekitar jam 06.30 kami pun makan pagi dengan tuan rumah lagi. Sekitar jam 07.00 kami berpamitan kepada masyarakat Baduy Dalam untuk meninggalkan Baduy, walaupun sebenernya kami masih betah di Baduy. Dalam perjalanan menuju Ciboleger yaitu tempat kami menunggu bis kita, kita melewati Jembatan Akar yang super duper bagus sekali. Kami bermain air di bawah Jembatan Akar tersebut sekalian makan siang. Sekitar 5 jam perjalanan dari Baduy Dalam ke Ciboleger dan sangatlah capek. Jam 15.00 sampai di Ciboleger.
Lalu sekitar jam 17.00 kami makan di Ramayana lagi. Selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Jakarta tepatnya ke SMKN 57. Dan sampai di SMKN 57 jam 21.00
Perjalanan yang sangat memuaskan, dan tak terlupakan. Bahkan sampai saat ini, saya masih sering melihat masyarakat baduy yang berjalan kaki menuju Jakarta dengan hanya berjalanan kaki, karena aturan budaya Baduy tidak boleh menggunakan ataupun menaiki kendaraan.
Komentar
Posting Komentar